Id:Contingency planning

From OpenStreetMap Wiki
Jump to navigation Jump to search

Penduduk Indonesia tinggal di daerah rawan bencana, seperti bahaya geologi, bencana gunung api, bahaya iklim, dan juga tsunami. Memang benar bahwa bahaya adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari, tapi kita bisa mengurangi risiko, sehingga dampak dan kerugian (orang, ekonomi, dan infrastruktur) dapat diminimalkan. kesadaran pemerintah Indonesia tentang bencana semakin meningkat sejak tsunami menyerang Aceh pada tahun 2004, banyak program dan proyek telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk mengurangi risiko bencana. Hal ini diawali dengan pembentukan Badan Bencana Nasional di Indonesia Manajemen (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) pada tahun 2008.

Dalam 4 tahun terakhir, pemerintah telah fokus pada teknis pemulihan dan kesiagaan, namun dalam beberapa tahun terakhir pemerintah fokus pada peningkatan kapasitas untuk mengurangi risiko bencana, tidak hanya kapasitas masyarakat tetapi juga kapasitas lembaga pemerintah. Satu hal bahwa badan pemerintah harus siap untuk tanggap bencana adalah perencanaan kontingensi. Perencanaan kontingensi adalah rencana yang menjelaskan apa yang masing-masing instansi harus lakukan dan harus siapkan ketika bencana terjadi. Namun, karena kurangnya pengetahuan dan keterampilan dari Staf Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), BNPB telah mengidentifikasikan prioritas tentang perlunya meningkatkan perencanaan kontingensi dengan penekanan pada penggunaan skenario bencana yang lebih realistis sebagai titik awal yang baru, proses yang komprehensif.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana digabungkan dengan AusAID melalui alia-Indonesia Facility for Disaster Reduction (AIFDR) Pengembangan Skenario dijalankan melalui lokakarya Perencanaan kontingensi. Fokus dari lokakarya saat ini adalah agar peserta memahami bagaimana membuat peta yang memungkinkan mereka untuk mengidentifikasi daerah-daerah dampak tinggi dalam kasus bencana dan menggunakan peta ini sebagai dasar untuk perencanaan kontingensi mereka. Perangkat lunak yang digunakan dalam workshop ini adalah open source, terdiri dari OpenStreetMap (OSM), QuantumGIS (QGIS), Indonesia Scenario Assessment For Emergencies (InaSAFE).

Indonesia Scenario Assessment For Emergencies (InaSAFE): bebas dan open source software yang menghasilkan skenario realistis dampak bahaya alam untuk lebih baik, kesiapan perencanaan dan kegiatan respon. InaSAFE sedang dikembangkan oleh AIFDR dalam konsultasi erat dengan BNPB. OpenStreetMap (OSM) alat: gratis peta dunia bahwa siapa pun dapat menambah dan mengedit. Memanfaatkan pemetaan masyarakat memungkinkan untuk informasi lebih lanjut yang dapat dimasukkan ke InaSAFE (yaitu Berapa banyak rumah akan terpengaruh oleh bahaya tertentu). QuantumGIS (QGIS): sumber Informasi Geografis Sistem perangkat lunak terbuka yang memungkinkan pengguna untuk menganalisis data spasial mereka, juga merupakan platform yang InaSAFE dibangun.

Pelatihan ini berlangsung di 6 provinsi dengan kerentanan tinggi terhadap bencana, seperti Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Papua Barat, dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Pelatihan ini memiliki tiga tahap, pemula yang terdiri dari 2 lokakarya yang pertama adalah tentang bagaimana untuk memetakan secara digital (5 hari saja), yang kedua adalah bagaimana analisis data spasial (3 hari saja). Tahap kedua, Menengah, difokuskan pada pengembangan keterampilan belajar dalam lokakarya pertama dan mengintegrasikan analisis yang lebih canggih. Tahap terakhir ini difokuskan pada pelatihan pelatih dan akan diselenggarakan di Jakarta awal tahun depan (2013).

Berikut adalah informasi detail lebih lanjut tentang workshop di setiap provinsi:


Informasi BPBD Majalengka